BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan bagi manusia akan
semakin kompleks ketika mereka menginjak usia remaja usia di mana mereka masih
berada di jenjang pendidikan usia sekolah menengah, pada masa remaja itulah
mereka mulai mengenal lingkungan atau masyarakat yang lebih luas yang selalu
dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang yang lebih rumit yang memerlukan
penenganan yang sangat serius. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak
remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua, para
anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa.
Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan
untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki
kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup
sebagai orang dewasa.
Oleh
sebab itu sangat penting sekali mengetahui karakteristik-karakteristik remaja.
Terlebih bagi seorang guru yang berperan sebagai pengganti orang tua bagi para
remaja saat berada di sekolah. Karakteristik remaja yang identik dengan
kenakalan remaja, mengharuskan kita untuk mengetahui dan memahami karakteristik
seorang remaja. Oleh sebab itu pada makalah ini akan dijelaskan tentang
karakteristik seorang remaja dan manfaatnya mengenal remaja bagi guru sekolah
menengah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini
yaitu :
1.2.1
Apa definisi dari
remaja itu sendiri?
1.2.2
Bagaimana karakteristik pertumbuhan
dan perkembangan seorang remaja?
1.2.3
Bagaimana peran seorang
guru dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1.3.1
Mengetahui definisi
remaja.
1.3.2
Mengetahui bagaimana
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja.
1.3.3
Mengetahui peran
seorang guru dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja
Kata remaja berasal
dari bahasa latin yaitu adolescent yang berarti to grow atau to grow maturity.
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,
ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat terjadi pada
tubuh remaja diluar dan didalam tersebut membawa akibat yang tidak sedikit
terhadap perubahan sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja
atau adolescent adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa selama kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia
13-20 tahun. Istilah adoscelent biasanya menunjukkan maturasi psikologis
individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkjin dapat
terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada
orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi.
Usia remaja adalah masa
saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental
dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian
remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa
jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja.
Masa remaja merupakan
sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya
seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa
peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai
anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan
orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga
dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang
diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi.
Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya
akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan,
impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan
dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).
Masa remaja merupakan
masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan
tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil
dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity
reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami
Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat
menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada
psikis dan fisiknya.
Fase-fase masa remaja
(pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan
pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
2.2 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan
Seorang Remaja
2.2.1 Pertumbuhan fisik
Pada masa remaja,
pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa
anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang
lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja
jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot
tubuh berkembang pesat.
2.2.2
Perkembangan seksual
Terdapat perbedaan
tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan
seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai
berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar
mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa
dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada
anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah
jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di
sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih
kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak
perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon
dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat
dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara
membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi
lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak
memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja
putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami
perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba
memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas,
hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins
atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1)
Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak
perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing
Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot,
dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk
fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
2.2.3
Cara berfikir kausalitas
Hal ini menyangkut
tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia
akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak
kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang
lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan
pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja
mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua
tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.
Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja,
akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif
remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang
kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa
sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja
(bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan
kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
2.2.4 Emosi yang meluap-meluap
Emosi pada remaja masih
labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa
mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat
senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah.
Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung
perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada
pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam
diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
2.2.5
Perkembangan Sosial
Sebagai makhluk sosial,
individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai
dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap
individu dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Keterampilan-keterampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda
dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai
perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini
maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya
sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Keterampilan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah
menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu
sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan
lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-keterampilan
sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun
anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan
terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan
kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi
tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek
apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan
masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial (sosial
skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi,
menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain,
mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima
feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang
berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase
tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal
ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek
psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja
mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau
peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan
dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja
tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian
lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola
hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam
kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang
orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya,
apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara
keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk
pergi dengan teman-teman.
Pola hubungan sosial
remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai
mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan
melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan
bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan
karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
2.3.6 Perkembangan Moral
Masa remaja adalah
periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan
dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan
sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak
alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan
dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia
akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis
pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali
membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan
tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir
dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka
mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai
dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan"
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang
mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur
bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik
nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika
remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi
mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa
kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu
memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau
pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang
dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan
lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih
jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan
dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja
tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang
dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban
yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua.
Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
2.2.7 Perkembangan Kepribadian
Secara umum penampilan
sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun
sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang
sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi
remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga
orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah
pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan
martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau
penampilan.
2.3 Manfaat Mengenal Remaja bagi Guru Sekolah
Menengah
Pandangan
konstruktivisme tentang pembelajaran, maka kehadiran guru dan murid di ruang
kelas lebih dari sekadar mengajar (guru) dan belajar (murid) dalam pengertian
yang dipahami selama ini. Menurut pandangan lama, “mengajar, berimplikasi
dengan “belajar”, siswa belajar kalau guru mengajar: Artinya, dalam kegiatan
belajar-mengajar guru lebih mengambil posisi sebagai produsen, karenanya
bersifat aktif, sedangkan murid mengambil posisi sebagai konsumen karenanya
bersifat pasif. Dalam pengertian ini, mengajar lebih dipandang sebagai, upaya
untuk memberikan informasi atau upaya memindahkan pengetahuan dari guru kepada
murid.
Sebaliknya, menurut pandangan konstruktivisme,
mengajar merupakan kegiatan yang mengondisikan sehingga memungkinkan
berlangsungnya peristiwa belajar. Mengajar berarti bagaimana guru membelajarkan
murid. Dalam pengertian ini, guru belum dikatakan mengajar kalau siswa belum
belajar: Mirip dengan kegiatan jual-beli, kegiatan menjual baru berlangsung
kalau ada kegiatan memberi. Singkatnya, sebagaimana dikemukakan oleh William H.
Burton, mengajar merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Mengajar berarti
mengorganisasi aktivitas siswa dan memberi fasilitasi belajar, sehingga mereka
dapat belajar dengan baik.
Dengan demikian, untuk dapat tampil menjadi
guru yang ideal, memang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas materi
atau ilmu yang akan diajarkan. Sebab, dalam konteks pembelajaran, bahan atau
materi pelajaran hanya merupakan perangsang tindakan guru dalam memberikan
dorongan belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. Karena itu,
seorang guru harus membekali diri dengan sejumlah pengetahuan dan keterampilan
lain yang sangat diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaan tugasnya. Ini adalah
penting karena guru dalam menjalani profesinya tidak berhadapan dengan benda
mati, melainkan berhadapan dengan manusia yang disebut dengan peserta didik.
Peserta didik yang dihadapi oleh guru tersebut adalah individu- individu yang
unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Mereka hadir dan berkumpul di ruang
kelas dari berbagai latar belakang, baik sosial, kultural, strata ekonomi yang
berbeda. Mereka juga datang sebab membawa corak kepribadian, karakteristik,
tingkah laku, minat, bakat, kecerdasan dan berbagai tingkat perkembangan
lainnya yang berbeda-beda pula.
Untuk dapat menghadapi
dan membelajarkan peserta didik dengan berbagai latar belakang, corak
kepribadian, dan tingkat perkembangan yang beragam tersebut, maka guru perlu
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, motivasinya, latar
belakang akademis, sosial-ekonominya dan sebagainya. Kesiapan guru mengenal
karakteristik peserta didik dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran (Syaiful Sagala, 2000).
Adanya keharusan guru
mengenal karakteristik peserta didik tersebut, berarti guru harus menguasai dan
mendalami psikologi perkembangan peserta didik, yakni sebuah disiplin ilmu yang
secara khusus membahas tentang aspek-aspek atau karakteristik perkembangan
peserta didik. Dengan bekal pengetahuan tentang berbagai aspek perkembangan
peserta didik ini, diharapkan guru dapat merancang dan melaksanakan program
pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik yang
dihadapinya. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan peserta didik juga
memungkinkan guru untuk memahami apa yang dibutuhkan, diminati, dan yang hendak
dicapai oleh peserta didik, serta dapat memberikan pelayanan yang bersifat
individual bagi mereka yang mengalami kesulitan.
2.4 Manfaat Psikologi Perkembangan Peserta
Didik untuk Memahami Karakteristik Remaja Bagi guru Sekolah Menengah
Banyak manfaat yang
akan diperoleh guru atau calon guru dalam mempelajari perkembangan peserta
didik ini, di antaranya:
- Dengan
pengetahuan tentang perkembangan peserta didik, seorang guru akan dapat
memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah
penting, karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia
tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia
tidak mencapai standar yang ditetapkan orangtua atau guru. Sebaliknya,
jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan
rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Di samping itu, ia juga
akan merasa tidak senang terhadap orang yang menilai rendah kemampuan
mereka. Dari psikologi perkembangan kita akan mengetahui pada usia berapa
anak mulai berbicara dan kapan anak sekolah mulai mampu berpikir abstrak.
Meskipun psikologi perkembangan hanya memberikan gambaran umum tentang
perkembangan anak. Tetapi bagaimanapun pengetahuan ini akan sangat
membantu kita mengetahui apa yang diharapkan dari kekhasan masing-masing
anak secara pribadi.
- Pengetahuan
tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang
tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak. Psikologi perkembangan
dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan arti
dan sumber pola berpikir perasaan, dan tingkah laku anak.
- Pengetahuan
tentang perkembangan peserta didik dapat membantu guru mengenali kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai. Dengan pengetahuan tentang
perkembangan normal ini, guru bisa menyusun pedoman dalam bentuk skala
tinggi-berat, skala usia-berat, skala usia-mental, dan skala perkembangan
sosial atau emosional. Karena pola perkembangan untuk semua anak normal
hampir sama, ada kemungkinan untuk mengevaluasi setiap anak menurut norma
usia anak tersebut. Jika perkembangan itu khas, berarti anak itu
menyesuaikan diri secara normal terhadap harapan masyarakat. Sebaliknya,
jika terdapat penyimpangan dari pola yang normal, hal ini dapat dianggap
sebagai tanda bahaya adanya penyesuaian kepribadian, emosional atau sosial
yang buruk. Kemudian dapat diambil langkah-langkah tertentu untuk
menemukan penyebab penyimpangan ini dan menyembuhkannya.
- Dengan
mengetahui pola nornal perkembangan, memungkinkan para guru untuk
sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada
tubuh, perhatian dan perilakunya.
- Pengetahuan
tentang perkembangan memungkinkan para guru memberikan bimbingan belajar
yang tepat kepada anak. Bayi yang siap untuk belajar berjalan misalnya,
dapat diberikan kesempatan untuk melakukannya dan dorongan untuk tetap
berusaha hingga kepandaian berjalan dapat dikuasai. Tidak adanya
kesempatan dan dorongan akan menghambat perkembangan yang normal.
- Studi
prkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri. Melalui psikologi
perkembangan kita akan mendapatkan wawasan dan pemahaman perjalanan hidup
kita sendiri (sebagai bayi, anak, remaja atau dewasa), seperti bagaimana
hidup kitta kelak ketika kita bertumbuh sepanjang tahun-tahun dewasa
(sebagai orang dewasa tengah baya, sebagai orang dewasa tua). Singkatnya,
mempelajari psikologi perkembangan akan memberikan banyak informasi
tentang siapa kita, bagaimana kita dapat seperti ini, dan kemana masa
depan akan membawa kita.
Dengan demikian jelas
betapa besar kegunaan mempelajari karakteristik peserta didik atau remaja bagi
guru sekolah menengah. Dengan memahami karakteristik peserta didik atau remaja
memungkinkan guru memberikan bantuan dan pendidikan yang tepat sesuai dengan
pola-pola dan tingkat-tingkat perkembangan anak. Lebih dari itu pengetahuan
mengenai karakteristik peserta didik atau remaja akan dapat menimbulkan
kesadaran terhadap diri sendiri, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Masa remaja merupakan
sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya
seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa
peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai
anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan
orang dewasa.
·
Karakteristik seorang
remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari Pertumbuhan fisik, perkembangan
seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial,
perkembangan moral dan perkembangan kepribadian.
· Peran
seorang guru dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja di sekolah
menengah berasal dari mempelajari perkembangan peserta didik ini, di antaranya:
-
Pengetahuan tentang
perkembangan peserta didik
-
Pengetahuan tentang
perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap
perilaku tertentu seorang remaja.
-
Pengetahuan tentang
perkembangan peserta didik dapat membantu guru mengenali kapan perkembangan
normal yang sesungguhnya dimulai.
-
Dengan mengetahui pola
nornal perkembangan, memungkinkan para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak
menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya
-
Pengetahuan tentang
perkembangan memungkinkan para guru memberikan bimbingan belajar yang tepat
kepada anak.
-
Studi perkembangan.
3.2 Saran
·
Remaja adalah waktu
yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa. Oleh sebab seorang
guru yang berperan sebagai pengganti orang tua bagi para remaja saat berada di
sekolah sangat perlu mengetahui karakteristik-karakteristik yang dimiliki
seorang remaja, penyebab terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan mental serta
bagaimana mengatasinya agar remaja dapat mengontrol dirinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
A. 1991. Psikologi Perkembangan.
Jakarta : Rineka Cipta
Gunarsa,
D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hurlock,
E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu
pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
Kartono,
K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung :
Alumni
Monk,
dkk. 2002. Psikologi Perkembangan :
pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
0 komentar:
Posting Komentar